BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh manusia terdiri dari berbagai
sistem organ, salah satunya adalah sistem reproduksi. Sistem reproduksi
mempunyai arti penting bagi makhluk hidup untuk meneruskan spesiesnya. Sistem
reproduksi yang dibahas pada praktikum kali ini adalah sistem reproduksi pada
manusia yang meliputi jantan dan betina.
Praktikum kali ini menggunakan preparat
yang menampilkan bagian-bagian dari sistem reproduksi jantan dan betina. Sistem
reproduksi jantan terdiri atas sepasang testis, saluran testis, skrotum,
sekumpulan duktus, kelenjar pelengkap yang berhubungan dengan saluran penis.
Fungsi utama dari alat reproduksi jantan adalah menghasilkan sel kelamin jantan
atau sel sperma yang mampu membuahi sel kelamin betina. Sistem reproduksi
betina terdiri atas ovarium, tuba fallopi, uterus, serviks, vagina, serta
bagian-bagian pelengkapnya yang mendukung terbentuknya generasi baru dari
spesies tersebut. Fungsi utama dari alat reproduksi betina adalah menghasilkan
sel telur atau sel ovum.
B. Tujuan
Adapun tujuan
dari praktikum kali ini yaitu :
1.
Mempelajari struktur yang menyusun sistem reproduksi
jantan dan betina
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Testis terdiri dari kelenjar-kelenjar yang
berbentuk tubulus, dibungkus oleh selaput tebal yang disebut tunika albugenia.
Pada sudut posterior organ ini terbungkus oleh selaput atau kapsula yang
disebut mediastinum testis. Septula testis merupakan selaput tipis yang meluas
mengelilingi mediastinum sampai ke tunika albugenia dan membagi testis menjadi
250-270 bagian berbentuk piramid yang disebut lobuli testis. Isi dari lobulus
adalah tubulus seminiferus, yang merupakan tabung kecil panjang dan
berkelok-kelok memenuhi seluruh kerucut lobulus. Muara tubulus seminiferus
terdapat pada ujung medial dari kerucut. Pada ujung apikal dari tiap-tiap
lobulus akan terjadi penyempitan lumen dan akan membentuk segmen pendek pertama
dari sistem saluran kelamin yang selanjutnya akan masuk ke rete testis
(Frandson, 1993).
Dinding tubulus seminiferus terdiri dari
tiga lapisan dari luar ke dalam yaitu tunika propria, lamina basalis dan
lapisan epitelium. Tunika propria terdiri atas beberapa lapisan fibroblas yang
berfungsi sebagai alat transportasi sel spermatozoa dari tubulus seminiferus ke
epididimis dengan jalan kontraksi. Lapisan epitel pada tubulus seminiferus
terdiri dari dua jenis sel yaitu sel-sel penyokong yang disebut sebagai sel
sertoli dan sel-sel spermatogonium. Sel-sel spermatogonium merupakan sel benih
sejati, karena pada sel-sel inilah dihasilkan spermatozoa melalui pembelahan
sel. Sel-sel spermatogonium tersusun dalam 4-8 lapisan yang menempati ruang
antara membrana basalis dan lumen tubulus (Frandson, 1993).
Spermatogenesis terjadi di dalam di dalam
testis, tepatnya pada tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan
sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang
mana bertujuan untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di
tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus
tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium
benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus
seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis
umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari
sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut
spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai
tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia
terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia
berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk
sperma. Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia yang bersifat diploid
(2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel
germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogenia tipe A membelah
secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian setelah beberapa kali
membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat
diploid. Setelah melewati beberapa minggu, setiap spermatosit primer membelah
secara meiosis membentuk dua buah spermatosit sekunder yang bersifat haploid.
Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis membentuk empat buah
spermatid. Spermatid merupakan calon sperma yang belum memiliki ekor dan
bersifat haploid (n atau mengandung 23 kromosom yang tidak berpasangan). Setiap
spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa (sperma). Proses perubahan
spermatid menjadi sperma disebut spermiasi. Ketika spermatid dibentuk pertama
kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah
spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri
dari kepala dan ekor. Kepala sperma terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya
sedikit sitoplasma. Pada bagian membran permukaan di ujung kepala sperma
terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim
hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung
ovum. Pada ekor sperma terdapat badan sperma yang terletak di bagian tengah
sperma. Badan sperma banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai
penghasil energi untuk pergerakan sperma. Semua tahap spermatogenesis terjadi
karena adanya pengaruh sel-sel sertoli yang memiliki fungsi khusus untuk
menyediakan makanan dan mengatur proses spermatogenesis (Anonimous, 2008).
Ovarium merupakan bagian alat kelamin yang
utama. Ovarium menghasilkan telur, oleh karena itu dalam bahasa Indonesia seringkali
disebut induk telur, indung telur atau ada pula yang menyebutnya pengarang
telur. Perkembangan ovarium pada masa reproduksi diatur oleh hormon-hormon yang
berasal dari kelenjar hifofisa yang terdapat di dasar otak dalam kepala
(Frandson, 1986).
Cervix merupakan bagian dari alat
reproduksi yang berdinding tebal dengan panjang 5-10 cm dari tempat sambungan
dengan uterus ke arah belakang yang berkesinambungan dengan vagina yang
berdinding tipis. Berfungsi utama menutup lumen uterus sehingga tidak memberi
kemungkinan untuk masuknya jazad mikroskopik maupun makroskopik ke dalam uterus
(Salisbury, 1985).
Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum
di dalam ovarium. Di dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak) atau sel
indung telur. Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang
kromosom. Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit
primer.
Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam kandungan, yaitu pada saat bayi berusia sekitar 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun, meiosis tahap pertama pada oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami pubertas. Oosit primer tersebut berada dalam keadaan istirahat (dorman). Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung sekitar 1 juta oosit primer. Ketika mencapai pubertas anak perempuan hanya memiliki sekitar 200 ribu oosit primer saja. Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya. Saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupakan oosit yang berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama (polosit primer).
Selanjutnya, oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II (meiosis kedua). Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadi ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun jika ada sperma masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali. Akhirnya, meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar kedua. Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium. Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel telur (folikel) merupakan sel pembungkus penuh cairan yang menglilingi ovum. Folikel berfungsi untuk menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi. Folikel primer muncul pertama kali untuk menyelubungi oosit primer. Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder, folikel sekunder berkembang menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel matang). Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus luteum. Jika tidak terjaid fertilisasi, korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan (Anonimous, 2008).
Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam kandungan, yaitu pada saat bayi berusia sekitar 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun, meiosis tahap pertama pada oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami pubertas. Oosit primer tersebut berada dalam keadaan istirahat (dorman). Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung sekitar 1 juta oosit primer. Ketika mencapai pubertas anak perempuan hanya memiliki sekitar 200 ribu oosit primer saja. Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya. Saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupakan oosit yang berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama (polosit primer).
Selanjutnya, oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II (meiosis kedua). Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadi ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun jika ada sperma masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali. Akhirnya, meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar kedua. Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium. Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel telur (folikel) merupakan sel pembungkus penuh cairan yang menglilingi ovum. Folikel berfungsi untuk menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi. Folikel primer muncul pertama kali untuk menyelubungi oosit primer. Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder, folikel sekunder berkembang menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel matang). Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus luteum. Jika tidak terjaid fertilisasi, korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan (Anonimous, 2008).
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu
dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini yaitu :
Hari/Tanggal : Kamis/08
Maret 2012
Pukul : 13.00 WITA
s/d
selesai
Tempat : Lab. Biodiversity Jurusan Biologi FMIPA UNTAD
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali
ini yaitu :
a. Alat
1.
Mikroskop
2.
Buku gambar
3.
Alat tulis
b. Bahan
1.
Jaringan
ovarium
2.
Jaringan penis
3.
Jaringan testis
4.
Jaringan vagina
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktikum kali ini yaitu :
1. Menyediakan
preparat yang akan diamati
2. Mengamati
preparat di bawah mikroskop
3. Mengenali
setiap bagian preparat
4. Menggambar
hasil pengamatan pada buku gambar
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No.
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
Ovarium
1. Folikel muda
2. Folikel tumbuh
3. Folikel matang
4. Corpus luteum
5. Oosit primer
Perbesaran : 40 × 10
|
|
2.
|
Penis
1. Pembuluh darah
2. Jaringan erektil
Perbesaran : 40 × 10
|
|
3.
|
Testis
1. Tubulus seminiferus
2. Sel leydig
3. Spermatosit primer
4. Spermatosit sekunder
5. Spermatid
6. Sel sperma
Perbesaran : 40 × 10
|
|
4.
|
Vagina
1. Cerviks
2. Jaringan erektil
3. Labium minor
4. Labium mayor
Perbesaran : 40 × 10
|
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu pengamatan terhadap sistem reproduksi jantan dan betina untuk mengetahui struktur yang menyusun sistem tersebut. Pengamatan struktur histologis pada sistem reproduksi betina dengan menggunakan jaringan ovarium dan vagina. Sedangkan pengamatan struktur histologis pada sistem reproduksi jantan dengan menggunakan jaringan penis dan jaringan testis.
Hasil pengamatan struktur histologis jaringan ovarium terdapat folikel muda, folikel tumbuh, folikel dewasa, corpus luteum dan oosit primer. Pada folikel muda nampak oosit primer yang dikelilingi oleh sel-sel pipih. Folikel tumbuh dimana sel-sel pipih berubah menyerupai kubus lalu berjajar. Pada folikel matang nampak oosit sekunder dengan rongga yang besar dan siap untuk dibuahi. Hal tersebut telah sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa, pada wanita setelah tiba di gonad, sel benih primordial segera berdiferensiasi menjadi oogonium. Oogonium kemudian mengalami beberapa kali mitosis dan pada akhir perkembangan embrional bulan ketiga setiap oogonium dikelilingi oleh selapis sel epitel yang berasal dari permukaan jaringan gonad yang nantinya menjadi sel folikuler. Sebagian besar oogonium terus mengalami mitosis, sebagian lain berdiferensiasi dan tumbuh membesar menjadi oosit primer. Tetapi oosit primer yang telah memasuki tahap profase miosis pertama tetap bertahan pada stadiumnya dengan dilapisi sel folikuler epitel gepeng (selanjutnya oosit primer dengan sel folikuler ini disebut sebagai folikel primordial atau folikel primer). Pematangan diawali dengan pertambahan ukuran oosit primer menjadi membesar dan sel-sel epitel selapis gepeng berubah menjadi kuboid dan berlapis-lapis disebut folikel tumbuh. Awalnya oosit primer berhubungan erat dengan sel folikuler kuboid yang melapisinya, namun selanjutnya terbentuk suatu lapisan mukopolisakarida yang membatasi diantaranya yang disebut zona pellucida. Kemudian terbentuk juga suatu rongga dalam lapisan folikuler (antrum folikuli) yang makin lama makin besar. Tetapi sel-sel folikuler yang berbatasan dengan zona pellucida oosit primer tetap utuh dan menjadi cumulus oophorus. Stadium perkembangan ini disebut stadium folikel sekunder. Kemudian antrum folikuli semakin membesar, sementara bagian tepi luar lapisan folikuler mulai dilapisi oleh dua lapisan jaringan ikat yaitu teka interna (lapisan seluler, sebelah dalam, yang kemudian menghasilkan hormon estrogen) dan teka eksterna (lapisan fibrosa, sebelah luar). Pada stadium ini folikel disebut sebagai berada dalam stadium sudah matang, disebut sebagai folikel tersier atau folikel de Graaf atau folikel matang. Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus luteum (Anonimous, 2010).
Vagina merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi bagian dalam pada wanita yang bermuara pada vulva. Hasil pengamatan struktur jaringan vagina yaitu terdapat cervix, jaringan erektil dan vulva. Merujuk pada literatur yang meyatakan bahwa cervix merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya menyempit sehingga disebut juga sebagai leher rahim. Menghubungkan uterus dengan saluran vagina dan sebagai jalan keluarnya janin dari uterus menuju saluran vagina. Vulva merupakan suatu celah yang terdapat di bagian luar dan terbagi menjadi dua bagian yaitu labium mayor merupakan sepasang bibir besar yang terletak dibagian luar dan membatasi vulva. Labium minor merupakan sepasang bibir kecil yang terletak dibagian dalam dan membatasi vulva (Anonimous, 2008). Jaringan erektil merupakan satu jenis jaringan khusus yang akan bengkak dan membesar karena adanya aliran darah ke dalamnya dan terjebak di dalamnya sehingga tidak dapat keluar. Jaringan erektil memiliki pembuluh arteri yang dapat membawa darah, ruang besar untuk diisi darah yang terjebak, serta pembuluh vena yang tersumbat untuk menjebak darah di dalam di dalam ruang. Pada manusia, jaringan erektil terdapat pada penis, klitoris, dan hidung (Anonimous, 2010).
Penis merupakan alat kelamin luar pada jantan yang penting untuk kopulasi atau persetubuhan. Berdasarkan hasil pengamatan, pada jaringan penis terdapat jaringan erektil yang kaya akan pembuluh darah. Hal tersebut telah sesuai dengan literatur yang meyatakan bahwa, di dalam penis tedapat uretra, yaitu suatu saluran yang dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongganya banyak dan banyak mengandung pembuluh darah. Apabila karena sesuatu hal, rongga ini berisi penuh oleh darah maka penis akan tegang dan mengembang disebut ereksi (Anonimous, 2008).
Menurut Anonimous (2009), testis disebut juga gonad jantan. Alat ini jumlahnya sepasang, bentuknya bulat telur yang tersimpan di dalam suatu kantong yang disebut skrotum. Fungsi testis adalah sebagai alat untuk memproduksi sel-sel sperma dan juga memproduksi hormon kelamin jantan yang disebut testosteron. Di dalam testis banyak terdapat pembuluh-pembuluh halus disebut tubulus seminiferus. Pada tubulus seminiferus terdapat sel leydig dan sel sertoli. Hal tersebut telah sesuai dengan hasil pengamatan yang diperoleh, yaitu terdapat tubulus seminiferus, sel leydig serta sel sperma.
Sel benih pria maupun wanita merupakan turunan langsung sel-sel benih primordial (primordial germ cells) yang terbentuk pada masa embrional. Pada pria, sel benih primordial tetap berada pada stadium embrionalnya di dalam jaringan testis dikelilingi dengan sel-sel penunjang sampai saat sesudah lahir dan menjelang pubertas. Diferensiasi lanjutan dari sel benih primordial dan penunjangnya baru mulai pada masa pubertas. Pada masa pubertas sel penunjang berkembang menjadi sel-sel sustentakuler sertoli untuk nutrisi gamet. Sel benih primordial berkembang menjadi spermatogonium kemudian menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer ini kemudian mengadakan mitosis untuk memperbanyak diri terus menerus. Kemudian hasil akhir pembelahan tersebut menjalani proses meiosis pertama menjadi spermatosit sekunder. Setelah itu spermatosit sekunder menjalani proses meiosis kedua menjadi spermatid. Perkembangan selanjutnya dari spermatid menjadi sel sperma dewasa disebut sebagai spermiogenesis. Hasil akhir proses ini adalah sel-sel sperma dewasa yaitu spermatozoa (Anonimous, 2010).
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari
praktikum kali ini yaitu :
- Sistem reproduksi jantan terdiri atas sepasang testis, saluran testis, skrotum, sekumpulan duktus, kelenjar pelengkap yang berhubungan dengan saluran penis.
- Sistem reproduksi betina terdiri atas ovarium, tuba fallopi, uterus, serviks, vagina, serta bagian-bagian pelengkapnya.
- Struktur histologis pada jaringan ovarium terdapat folikel muda, folikel tumbuh, folikel dewasa, corpus luteum dan oosit primer.
- Struktur histologis jaringan vagina yaitu terdapat cerviks, jaringan erektil dan vulva yang terdiri dari labium mayor dan labium minor.
- Struktur histologis jaringan penis yaitu terdapat jaringan erektil yang rongganya banyak dan banyak mengandung pembuluh darah.
- Struktur histologis jaringan testis yaitu terdapat tubulus seminiferus, sel leydig serta sel sperma.
B. Saran
Disarankan dalam praktikum
selanjutnya jumlah preparat yang disediakan lebih banyak, sehingga setiap
kelompok dapat mengamati secara langsung, tidak perlu dilakukan penukaran data
dan hasil yang diperoleh lebih maksimal.
1 komentar:
daftar pustaka nya gak ada kah kak ?
Posting Komentar