BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Jika kita melihat daun berbagai jenis tumbuhan, akan terlihat bahwa ada di antaranya yang hanya memiliki satu helaian saja pada tangkai daunnya yang disebut daun tunggal (folium simplex) dan ada pula tumbuhan yang tangkainya bercabang-cabang, dan pada setiap cabang tangkai terdapat helaian daun, sehingga pada satu tangkai memiliki helaian daun lebih dari satu yaitu daun majemuk (folium compositum).
Karena banyaknya jenis tumbuhan dan banyaknya bentuk daun, baik daun tunggal maupun daun majemuk, maka perlunya mempelajari bagaimana sajakah bentuk dan pembagiannya. Namun dalam penentuan jenis-jenis daun tunggal dan daun majemuk tidaklah mudah, seringkali terjadi kekeliruan terutama dalam penentuan jenis daun majemuk. Untuk itu selalu diperlukan penelitian atau pemeriksaan secara langsung dan seksama untuk menghindari terjadinya kesalahan.
B. Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum ini yaitu mempelajari bermacam-macam tipe daun majemuk serta membedakan antara daun mejemuk dan daun tunggal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Morfologi
Vigna sinensis (kacang panjang) merupakan salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menjari beranak daun tiga (trifoliolatus). Tanaman ini memiliki sifat daun yaitu bentuk bangun daun (circumscriptio) seperti jorong (ovalis). Daging daun (intervenium) bersifat tipis seperti selaput (membranaceus). Susunan tulang-tulang (nervatio) bersifat menyirip (penninervis). Tepi daun (margo) bersifat rata (integer). Ujung daun (apex) bersifat runcing (acutus). Pangkal daun (basis) bersifat tumpul (obtusus). Permukaan daunnya bersifat kasap (scaber). Duduk daunnya berseling (folia disticha) (Gembong, 1985).
B. Klasifikasi
Adapun susunan klasifikasi dari Vigna sinensis adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna sinensis
(Plantamor, 2011).
C. Ekologi
Kacang panjang dapat tumbuh pada daerah yang beriklim tropis dengan curah hujan 250 – 300 mm/tahun dengan kelembapan 60-70 %. Ketinggian untuk tumbuhan ini yaitu 2 – 3 m/tahun, dengan suhu 25˚C. Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan keadaan tanah yang tidak terlalu kering dan lembab dengan pH 5,5 – 6,5 dan ketinggian 1 – 1.300 m dpl. pada Indonesia umunya kacang panjang telah tersebar kesemua pulau-pulau yang kebanyakan di temukan di daerah yang beriklim tropis seperti Sulawesi dan Kalimantan.
D. Nilai medis
Kacang panjang mengandung enam antosianin (sianidin galaktosida, sianidin glukosida, delfinidin glukosida, malvidin glukosida, peonidin glukosida, dan petunidin glukosida), flavonol atau glikosida flavonol (kaempferol glukosida, quersetin, quersetin glukosida, kuersetin asetilglukosida), aglikon flavonoid (kuersetin, kaempferol, isorhamnetin). Daun dan akarnya mengandung saponin dan polifenol. Selain itu juga mengandung protein, karbohidrat, lemak, serat, kalsium, besi, fosfor, potasium, sodium, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, dan niasin. Kandungan senyawa-senyawa di dalam kacang panjang ini berperan dalam proses proliferasi, diferensiasi, dan sintesis protein di sel target yang berbeda-beda. Secara empiris, tanaman kacang panjang dimanfaatkan untuk merawat dan memperbesar payudara.
E. Nilai komersial
Kacang panjang merupakan salah satu tumbuhan sayuran yang digunakan sebagai lalapan pada buahnya. Biasa buah dan pada daunnya pun dapat dimakan dengan cara direbus atau ditumis terlebih dahulu. Kacang panjang banyak ditemukan di pasar tradisional dengan harga berkisar Rp. 1.000,- /ikat.
2.2 Citrus maxima
A. Morfologi
Citrus maxima (jeruk bali) merupakan salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus). Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunnya (circumscriptio) berbentuk seperti jorong (ovalis). Daging daun (intervenium) bersifat seperti kulit/belulang (coriaceus). Tepi daun (margo) bersifat rata (integer). Susunan tulang-tulang (nervatio) berbentuk bertulang menyirip (penninervis). Ujung daun (apex) berbentuk terbelah (retusus). Pangkal daun (basis) berbentuk runcing (acutus). Permukaan daunnya bersifat licin mengkilat (laevis nitidus). Sedangkan pada duduk daunnya berseling (folia disticha) (Gembong, 1985).
B. Klasifikasi
Adapun susunan klasifikasi dari Citrus maxima adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Ruttales
Family : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus maxima
(Plantamor, 2011).
C. Ekologi
Jeruk bali telah tersebar sampai ke Cina, Eropa dan Amerika. Jeruk bali dapat tumbuh pada dataran tinggi tropik. Suhu bulanan rata-rata sekitar 20 – 25 ˚C, curah hujan untuk tanaman ini yaitu berkisar antara 1500 – 1800 mm/tahun dengan kelembapan berkisar 70 – 80 %. Tumbuhan ini dapat tumbuh di berbagai tipe tanah mulai dari tanah berpasir kasar hingga berbatu. Tumbuhan ini dapat ditemukan pada ketinggian 1000 m dpl dengan pH 7 – 9,5.
D. Nilai medis
Daun jeruk bali dapat berguna untuk mengobati demam. Buahnya dapat digunakan untuk mencegah kanker, menurunkan resiko penyakit jantung, melancarkan saluran pencernaan, menurunkan kolestrol dan mencegah anemia. Jeruk ini mengandung vitamin B, vitamin C, provitamin A, vitamin B1, vitamin B2 dan asam folat. Pada daerah Jawa jeruk bali digunakan sebagai penurun demam seorang anak dengan cara merebus dari daun jeruk bali dan diminumkan tiga kali sehari.
E. Nilai komersial
Citrus maxima atau jeruk bali dapat dijadikan jus. Daunnya dapat dijadikan pengharum alami pada masakan. Jeruk juga mempunyai peran dalam dunia kecantikan. Sedangkan harga jeruk bali di pasaran untuk ukuran besar berkisar Rp. 5.000,00- /buah, sedangkan ukuran kecil Rp. 3.000,00- /buah.
2.3 Ceiba petandra
A. Morfologi
Ceiba petandra (kapuk randu) merupakan salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menjari beranak daun tujuh (septemfoliolatus). Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunnya (circumscriptio) berbentuk memanjang (oblongus). Daging daun (intervenium) bersifat seperti kertas (papyraceus). Susunan tulang-tulang (nervatio) berbentuk bertulang menyirip (penninervis). Tepi daun (margo) berbentuk rata (integer). Ujung daun (apex) bersifat meruncing (acuminatus). Pangkal daun (basis) berbentuk meruncing (acuminatus). Permukaan daunnya bersifat licin suram (laevis opacus). Sedangkan pada duduk daunnya tersebar (folia sparsa) (Gembong, 1985).
B. Klasifikasi
Adapun susunan klasifikasi dari Ceiba petandra adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Malvales
Family : Bombacaceae
Genus : Ceiba
Spesies : Ceiba petandra
(Plantamor, 2011).
C. Ekologi
Tanaman kapuk dapat tumbuh dengan baik apabila ditanam di tanah yang banyak mengandung humus dan gembur, misalnya tanah endapan dan tanah vulkanis. Tanah ini dapat kita jumpai pada ketinggian 800 dpl pada pH 5,0 – 6,0. Suhu yang baik untuk tanaman ini berkisar antara 16 – 18 ˚C dengan kelembapan 50 – 60 %.
Daerah curah hujan yang cocok untuk tanaman ini adalah daerah dengan curah hujan 150 – 350 mm/tahun dengan kemarau 10 – 25 hari. tanaman ini banyak hidup di daerah tropis seperti Sulawesi, kalimantan bahkan Papua.
D. Nilai medis
Tanaman kapuk randu, pada daunnya dapat digunakan untuk mengobati demam, batuk, sesak napas dan asma. Kapuk randu mengandung dueretis, astrigeht, saponin dan zat kapur.
E. Nilai komersial
Potensi dasar kapuk dapat dilihat dari banyaknya manfaat tanam kapuk untuk keperluan hidup manusia. Jumlah penduduk juga dapat dijadikan tolak ukur besarnya potensi dasar kapuk. Misalnya untuk pembuatan bantal yang di pasaran berkisar Rp. 20.000,- /buah, pembuatan kasur yang di pasaran berkisar Rp. 150.000,- /buah, pembuatan jok yang di pasaran berkisar Rp. 200.000,- /buah.
Selain itu serat kapuk dan batang kapuk yang merupakan produk utama banyak digunakan sebagai bahan baku industri misalnya meubel dan industri tekstil. Kulit buah pada tanaman ini dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan sabun, pupuk, minyak goreng dan lain-lain.
2.4 Parkia speciosa
A. Morfologi
Parkia speciosa (petai cina) merupakan salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menyirip genap sempurna (abrupte pinnatus). Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunya (circumscriptio) berbentuk seperti jorong (ovalis). Daging daun (intervenium) bersifat seperti kertas (papyraceus). Susunan tulang-tulang (nervatio) berbentuk bertulang menyirip (penninervis). Tepi daun (margo) berbentuk rata (integer). Ujung daun (apex) bersifat membulat (rotundatus). Pangkal daun (basis) berbentuk runcing (acutus). Permukaan daunnya bersifat berkerut (rugosus). Sedangkan pada duduk daunnya berhadapan (folia opposita) (Gembong, 1985).
B. Klasifikasi
Adapun susunan klasifikasi dari Parkia speciosa adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Parkia
Spesies : Parkia speciosa
(Plantamor, 2011).
C. Ekologi
Tanaman petai diperkirakan berasal dari Malaysia. Namun, sudah lama tanaman ini tum¬buh dan dibudidayakan di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Tanaman ini banyak tumbuh di daerah dengan musim kemarau yang tidak ekstrim. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 25 – 45 ˚C dengan kelembapan 40 – 60 %. Tanaman ini dapat kita jumpai pada ketinggian 300 dpl.
Tanaman ini cocok dengan daerah yang memiliki curah hujan berkisar 100 – 250 mm/tahun dengan kemarau 20 - 25 hari yang cocok pada daerah tropis seperti Sulawesi dan Kalimantan.
D. Nilai medis
Dibanding apel, petai memiliki protein empat kali lebih banyak, karbohidrat dua kali lebih banyak, tiga kali lipat fosfor, lima kali lipat vitamin A dan zat besi, dan dua kali lipat jumlah vitamin dan mineral lainnya. Petai merupakan sumber energi yang baik, yaitu 142 kkal per 100 g biji. Petai mengandung tiga macam gula alami, yaitu sukrosa, fruktosa, dan glukosa yang dikombinasikan dengan serat. Kombinasi tersebut mampu memberikan dorongan tenaga instan, tetapi cukup lama dan cukup besar efeknya.
Petai juga mengandung vitamin C yang cukup tinggi, yaitu 46 mg per 100 g biji. Vitamin C sangat penting perannya dalam proses hidroksilasi asam amino prolin clan lisin, menjadi hidroksiprolin clan hidroksilisin. Kedua senyawa ini merupakan komponen kola¬gen yang penting yang mampu mengatasi ambeyen, sariawan, buang air besar serta kanker.
E. Nilai komersial
Bagian dari buah petai yang paling penting untuk dimanfatkan adalah bijinya. Bagian dari kayunya dapat digunakan sebagai kayu api dan membantu pembangunan industri. Meskipun menghasilkan bau tidak sedap, biji petai sangat digemari oleh sebagian orang karena dapat meningkatkan selera makan. Petai dapat dimakan mentah sebagai lalap, direbus, digoreng atau dibakar. Petai juga banyak dimanfaatkan sebagai penyedap makanan. Pada petai memiliki harga jika telah diolah menjadi sebuah bubuk atau penyedap rasa yang berkisar dipasaran Rp. 1.000,- /sachet.
2.5 Metroxylon sagu
A. Morfologi
Metroxylon sagu (sagu) merupakan salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menyirip berseling. Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunnya (circumscriptio) berbentuk bangun pita (ligullatus). Daging daun (intervenium) bersifat seperti perkamen (perkamenteus). Susunan tulang-tulang (nervatio) berbentuk bertulang sejajar (rectinervis). Tepi daun (margo) berbentuk rata (integer). Ujung daun (apex) bersifat berbentuk runcing (acutus). Pangkal daun (basis) berbentuk tumpul (obtusus). Permukaan daunnya bersifat kasap (scaber). Sedangkan pada duduk daunnya roset batang (Gembong, 1985).
B. Klasifikasi
Adapun susunan klasifikasi dari Metroxylon sagu adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Aracales
Family : Araceae
Genus : Metroxylon
Spesies : Metroxylon sagu
(Plantamor, 2011).
C. Ekologi
Metroxylon sagu berasal dari Papua Nugini dan Maluku. Sagu merupakan pohon didaratan rendah tropik yang basah, ditemukan secara alami sampai pada ketinggian 700 m dpl. Kondisi terbaik untuk pertumbuhan sagu dengan suhu rata-rata 26 ˚C. Kelembapan relatif 90%. Curah hujan 2000 – 4000 m/tahun, dengan pH 5,5 – 6,4.
D. Nilai medis
Sagu dapat digunakan sebagai obat kembung, muntah-muntah, buang air besar serta muntah darah. Kandungan kimia yang terkandung didalamnya adalah protein, zat besi, karoten, tiamin dan asam askorbat.
E. Nilai komersial
Di Indonesia dan Malaysia, pati sagu digunakan untuk pembuatan mie dan mkanan ringan. Sedangkan di Amerika di gunakan untuk pembuatan bedak. Batang sagu yang masih muda dapat digunakan sebagai makanan hewan serta dapat digunakan sebagai bahan bangunan dan bahan bakar.
BAB III
METODOLOGI
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum morfologi tumbuhan adalah sebagai berikut :
- Hari/Tanggal : Sabtu, 02 April 2011
- Pukul : 13.00 Wita – 17.30 Wita
- Tempat : Laboratorium Biodeversity Jurusan Biologi
FMIPA UNTAD
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum morfologi tumbuhan adalah sebagai berikut :
1. Buku gambar
2. Alat tulis menulis
3. Daun Vigna sinensis
4. Daun Citrus maxima
5. Daun Ceiba petandra
6. Daun Parcia specioca
7. Daun Metroxylon sagu
C. Prosedur kerja
1. Menulis nama spesies dan family tumbuhan tersebut
2. Mengambarkan dan memberi keterangan bagian-bagiannya
- Helaian daun (lamina)
- Tangkai daun (petiolus)
- Ibu tangkai daun (potiolus communis)
- Anak daun (foliolum)
- Circumscriptio
- Intervenium
- Margo
- Apex
- Basis
- Permukaan daun
- Nervatio
3. Menentukan duduk daun
- Tersebar (folia sparsa)
- Berkarang (folia ferticilata)
- Berhadapan (folia oppsita)
- Berseling (folia disticha)
4. Menentukan susunan daun majemuk
- Menyirip ganjil (imparipinnatus)
- Menyirip genap (abrupte pinnatus)
- Menyirip berseling
- Menyirip ganda dua, tiga dan seterusnya
- Menjari berdaun satu (unifoliolatus)
- Menjari berdaun dua, tiga dan seterusnya
- Menjari ganda dua (bibifoliolatus)
- Majemuk menyirip ganjil rangkap tiga
- Majemuk campuran (digitatopinnatus)
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
1. Vigna sinensis
Vigna sinensis yang biasanya disebut kacang panjang adalah salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menjari beranak daun tiga atau trifoliolatus karena pada ujung ibu tangkai terdapat tiga anak daun. Tanaman ini memiliki sifat daun yaitu bangun daun atau circumscriptio bentuknya jorong atau ovalis. Daging daun atau Intervenium bersifat tipis seperti selaput atau membranaceus. Susunan tulang-tulang atau nervatio bersifat menyirip atau penninervis, yaitu daun ini mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan merupakan terusan tangkai daun. Tepi daun atau margo folii bersifat rata atau integer. Ujung daun atau apex folii bersifat runcing atau acutus yaitu pada ujung yang runcing. Pangkal daun atau basis folii nya bersifat tumpul atau obtusus. Permukaan daunnya bersifat kasap atau scaber. Sedangkan pada duduk daunnya berseling atau folia disticha yaitu tata letak daun terseling mengikuti rumus ½ yang memisahkan tata letak daun tersebut.
2. Citrus maxima
Citrus maxima atau yang biasanya kita sebut dengan jeruk bali adalah salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menjari beranak daun satu atau unifolidatus karena pada ujung ibu tangkai terdapat satu anak daun. Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunya atau circumscriptio berbentuk seperti jorong atau ovalis yaitu jika perbandingan panjang : lebar = 1 ½ - 2 : 1. Daging daun atau intervenium nya bersifat seperti kulit/belulang atau coriaceus. Susunan tulang-tulang atau nervatio nya berbentuk bertulang menyirip atau penninervis. Tepi daun atau margo folii nya berbentuk rata atau integer. Ujung daun atau apex folii nya berbentuk terbelah atau retusus yaitu ujung daun memiliki suatu lekukan. Pangkal daun atau basis folii nya berbentuk runcing pula atau acutus. Permukaan daunnya bersifat licin mengkilat atau laevis nitidus. Sedangkan pada duduk daunnya berseling atau folia disticha yaitu tata letak daun terseling mengikuti rumus ½ yang memisahkan tata letak daun tersebut.
3. Ceiba petandra
Ceiba petandra atau yang biasanya kita sebut dengan kapuk randu adalah salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menjari beranak daun tujuh atau septemfoliolatus karena pada ujung ibu tangkai terdapat tujuh anak daun. Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunya atau circumscriptio berbentuk memanjang atau oblongus yaitu jika panjang : lebar = 2 ½ - 3 : 1. Daging daun atau intervenium nya bersifat seperti kertas atau papyraceus yaitu tipis tetapi cukup tegar. Susunan tulang-tulang atau nervatio nya berbentuk bertulang menyirip atau penninervis. Tepi daun atau margo folii nya berbentuk rata atau integer. Ujung daun atau apex folii nya bersifat meruncing atau acuminatus yaitu pada ujung yang runcing, tetapi titik pertemuan kedua daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan. Pangkal daun atau basis folii nya berbentuk meruncing pula atau acuminatus. Permukaan daunnya bersifat licin suram atau laevis opacus. Sedangkan pada duduk daunnya tersebar atau folia sparsa yaitu tata letak daun tersebar mengikuti rumus 3/8 yang memisahkan tata letak daun tersebut.
4. Parkia speciosa
Parkia speciosa atau yang biasanya kita sebut dengan petai cina adalah salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menyirip genap atau abrupte pinnatus yaitu terdapat sejumlah anak daun yang berpasang-pasangan di kanan kiri ibu tulang, oleh sebab itu jumlah anak daunnya biasanya lalu menjadi genap. Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunya atau circumscriptio berbentuk seperti jorong atau ovalis. Daging daun atau intervenium nya bersifat seperti kertas atau papyraceus yaitu tipis tetapi cukup tegar. Susunan tulang-tulang atau nervatio nya berbentuk bertulang menyirip atau penninervis. Tepi daun atau margo folii nya berbentuk rata atau integer. Ujung daun atau apex folii nya bersifat membulat atau rotundatus yaitu pada daun-daun bangun bulat telur sungsang atau daun bangun sudip. Pangkal daun atau basis folii nya berbentuk runcing atau acutus. Permukaan daunnya bersifat berkerut atau rugosus. Sedangkan pada duduk daunnya berhadapan atau folia opposita yaitu dua daun pada setiap buku-buku letaknya berhadapan (terpisah oleh jarak sebesar 180˚).
5. Metroxylon sagu
Metroxylon sagu atau yang biasanya kita sebut dengan sagu adalah salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menyirip berseling yaitu anak daun pada ibu tangkai duduknya berseling. Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunnya atau circumscriptio berbentuk bangun pita atau ligullatus yaitu serupa daun bangun garis, tetapi lebih panjang lagi. Daging daun atau intervenium nya bersifat seperti perkamen atau perkamenteus yaitu tipis tetapi cukup kaku. Susunan tulang-tulang atau nervatio nya berbentuk bertulang sejajar atau rectinervis. Tepi daun atau margo folii nya berbentuk rata atau integer. Ujung daun atau apex folii nya bersifat berbentuk runcing atau acutus. Pangkal daun atau basis folii nya berbentuk tumpul atau obtusus. Permukaan daunnya bersifat kasap atau scaber. Sedangkan pada duduk daunnya berseling atau folia disticha yaitu roset batang yaitu daun yang rapat berjejal-jejal terdapat pada ujung batang.
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, maka kami berkesimpulan sebagai berikut :
1. Daun tunggal adalah pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja.
2. Daun majemuk adalah tangkainya bercabang-cabang, dan baru pada cabang tangkai ini terdapat helaian daunnya, sehingga disini pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun.
3. Pada suatu daun majemuk dapat kami bedakan bagian-bagiannya sebagai berikut :
- Ibu tangkai daun (potiolus communis)
- Tangkai anak daun (petiololus)
- Anak daun (foliolum)
4. Menurut susunan anak daun pada ibu tangkainya daun majemuk dapat dibedakan empat golongan yaitu :
- Daun majemuk menyirip (pinnatus)
- Daun majemuk menjari (palmatus)
- Daun majemuk bangun kaki (pedatus)
- Daun majemuk campuran (digitato pinnatus)
5. Daun majemuk menyirip dapat dibedakan dalam beberapa macam yaitu :
- Daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus)
- Daun majemuk menyirip genap (abrupte pinnatus)
- Daun majemuk menyirip gasal (imparipinnatus)
6. Dalam daun majemuk menyirip dibedakan lagi menurut duduknya anak-anak daun pada ibu tangkai, dan juga menurut besar kecilnya anak-anak daun yang terdapat pada satu ibu tangkai, hingga kami dapati pula :
- Daun majemuk menyirip dengan anak daun yang berpasang-pasangan
- Daun majemuk menyirip berseling
- Daun majemuk menyirip berselang-seling (interrupte pinnatus)
7. Dalam daun majemuk menyirip ganda dapat dibedakan menjadi :
- Daun majemuk menyirip ganda dua (bipinnatus)
- Daun majemuk menyirip ganda tiga (tripinnatus)
- Daun majemuk menyirip ganda empat, dan seterusnya
8. Pada daun majemuk yang menyirip ganda dibedakan lagi menjadi :
- Daun majemuk menyirip ganda sempurna
- Daun majemuk menyirip ganda tidak sempurna
9. Mengenai daun majemuk menjari tidak ada hal-hal yang begitu rumit seperti pada daun majemuk menyirip. Berdasarkan jumlah anak daunnya, daun majemuk menjari dapat dibedakan seperti berikut :
- Beranak daun dua (bifoliolatus)
- Beranak daun tiga (trifoliolatus)
- Beranak daun lima (quinquefoliolatus)
- Beranak daun tujuh (septemfoliolatus)
B. Saran
Praktikan berharap agar dalam praktikum selanjutnya dapat berlangsung dengan lebih tenang, sehingga praktikan dapat memanfaatkan waktu yang telah disediakan dengan seefisien mungkin. Serta praktikan berharap agar tidak hanya para praktikan yang mematuhi tata tertib pada saat di dalam laboratorium, namun para asisten juga sehingga praktikum dapat berjalan lebih tertib.
0 komentar:
Posting Komentar